Sabtu, 22 Juni 2013


STUDI ISLAM KONTEMPORER
Judul Buku                  : Studi Islam Kontemporer
Penulis                         : M. Rikza Chamami, MSI
Penerbit                       : Pustaka Rizki Putra
Tanggal terbit              : Desember 2012
Jumlah halaman           : 228
Teks                             : B.Indonesia
Harga Buku                 : Rp.25.000                            

Bab 1
            PASANG SURUT KEBANGKITAN KEBUDAYAAN DAN KEILMUWAN: POTRET DISINTREGRASI ABBASIYAH
            Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad memiliki karakter kebijakan yang dihasilkan dengan mendapatkan stempel agama. Dengan menggunakan gelar-gelar seperti al-Hadi, ar-Rasyid, al-Mu’tashim dan sebagainya. Dinasti ini didirikan oleh keturunanal-Abbas paman Nabi muhammad, Abdullah Al-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Dinasti ini berkuasa dalam kurung waktu yang sangat panjang, sekitar 508 tahun (750 M/ 132 H – 1258 M/ 656 H). Ini artinya bahwa konsolidasi dinasti ini memiliki political will yang benar-benar profesional dan berkiblat pada pendewasan masyarakat dengan melawan dominasi mawalli. Akan tetapi, kekuasaan dinasti ini akhirnyajuga mengalami disintregrasi yang akhirnya juga mengakibatkan pasang surut atas kebangkitan kebudayaan dan keilmuan.
            Tanda-tanda disintregrasi diantaranya adalah: pertama, munculnya dinasti-dinasti kecil di Barat maupun Timur Baghdad yang berusaha melepaskan diri atau meminta otonomi, kedua, perebutan kekuasaan oleh dinasti Buwaihi dari Persia dan saljuk dari Turki di Baghdad, sehingga menjadikan fungsi khilafah bagaikan boneka. Ketiga, lahirnya perang salib antara pasukan islam dengan pasukan salin Eropa.
Bab 2
            KAJIAN KRITIS DIALEKTIKA FENOMENOLOGI DAN ISLAM
            Islam sebagai agama yang diproduk oleh Tuhan tidak mungkin untuk diketahui eksistensi riilnya tanpa keberanian untuk mencarinya. Mencari otentitas Islam dibutuhkan keberanian dengan pendekatan studi agama. Salah satu pendekatan yang mampu membedah wujud Islam adalah dengan  fenomemenologi. Didasarkan pada firman  Allah: “ Dan akan kami perlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segenap penjuru alam pada diri mereka sendiri...”(QS 43:51). Melalui perenungan penuh cinta kepada Islam, Annemarie Schimmel, seorang ahli fenomenologi asal jerman, menampilkan suatu uraian mendalam tentang bagaimana kaum Muslim seluruh dunia berupaya untuk menangkap dan menguraikan tanda-tanda itu dengan menggunakan pendekatan fenomenologi yang berusaha untuk masuk kejantung agama dengan jalan menalaah lebih dulu fenomena lahiriahnya_ Schimmel menjabarkan aspek-aspek suci yang diletakkan umat islam pada berbagai fnomena seperti batu, air, api, bulan, pepohonan, hewan-hewan, makam, angka-angka, dan lain-lain.  
            Secara etimologis fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semu. Juga dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati lewat indera. Fenomenologi memperhatikan benda-benda yang kongkrit, bukan dalam arti yang ada dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi dalam struktur yang pokok dari benda-benda tersebut, sebagaimana yang kita rasakan dalam kesadaran kita, karena kesadaran kita adalah ukuran dari pengalaman.
            Sebagai temuan dari kegiatan penelitian, penarikan kesimpulan tentang pelaksanaan ajaran yang sifatnya normatif menjadi fenomena yang sifatnya empiris. Pemakaian term fenomena kiranya tidak perlu dikacaukan dengan polemik dalam filsafat Barat yang menelaah hal ini. Fenomenologi memang menunjuk ilmu pengetahuan tentang apa yang tampak (phenomenon). Jadi, seperti sudah tersirat dalam namanya, fenomenologi mempelajari apa yang tampak atau apa yang menampakkan diri sehingga dapat disebut fenomenon. Tetapi harus diinget, bahwa pendiri aliran filsafat ini, Edmund Husserl, justru menghendaki sesuatu yang lain sekali.
Bab 3
FILSAFAT MATERIALISME KARL MARK DAN FRIEDRICK ENGELS.
Filsafat seringkali disebut sebagai ilmu yang menyelidiki dan menentukan tujuan terakhir serta makna terdalam dari realita manusia. Sehingga filsafat tidak mungkin “berdiam diri” atau berhenti di belakang titik tertentu. Filsafat juga dikatakan sebagai seni berfikir. Apalagi sesuai perkembangannya kini, filsafatsudah mulai menjadi idola dalam mendukung proses berfikir dan berinteraksi dengan ilmu.
Karl Mark dan Friedrich Engels yang merupakan tokoh aliran materealisme akan menjawab ketidakpuasan terhadap idealisme maupun positivisme. Karena kedua aliran filsafat itu hanya mampu melahirkan gagasan yang sifatnya abstrak, dan tidak mampu menunjukan kreasi riil berbentuk materi. Oleh mereka, materi dijadikan simbol utama bagi petunjuk realita. Selanjutnya dua tokoh yang dijuluki “Bapak Komunis” ini menjabarkan bentuk filsafat materialisme yang melegitimasi segala bentuk materi sebagai wujud kehidupan.
Materialisme sendiri merupakan sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham materealisme dialektik.
Bab 4
SKEPTISISME OTENTITAS HADITS: KRITIK ORIENTALIS IGNAZ GOLDZIHER
Hadits sebagai bagian dari sumber agama Islam yang disabdakan Nabi, adalah interpretasi dari al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan makna etimologisnya, hadits bisa berarti: Baru, seperti kalimat: “Allah qadim mustahil hadits”; dekat, seperti: “Haditsul ahdi bil Islam”; dan berarti khabar, seperti: “Falya’tu bi haditsin mitalihi”. Sehingga dalam tradisi hukum Islam, hadits berarti: segala perkataan, perbuatan dan keizinan Nabi Muhammad saw (af’al, aqwal, dan taqrir). Pengertian hadits di atas identik dengan sunnah, yang secara etimologis berarti jalan atau tradisi, sebagaimana dalam al-Qur’an: “Sunnata man qad arsalna (al-Israa:77).
Pemahaman sebagaimana lazimya hadits ternyata masih diragukan bagi kalangan di luar Islam, bahwa hadits sebagai sabda Nabi yang bersifat suci. Hadits bagi mereka dipahami hanya sebatas “rekayasa” kelompok tertentu untuk kepentingan politik dengan kedok sabda Nabi. Diantara kalangan orientalis yang masih meragukan eksistensi hadits, diantaranya adalah: Ignaz Goldziher (1921 M), Joseph Schacth (1969 M)dan G.H.A Juynboll. Mereka melontarkan kritik keras terhadap hadits. Mereka menggangap bahwa kritik hadits bukan murni dari kalangan Islam, tapi datang dari para orientalis Barat yang berusaha mengkritik otoritas (contoh-contoh normatif) Nabi Muhammad SAW.
Goldziher adalah seorang orientalis ahli tafsir dan hadits yang berasal dari Hongaria berkebangsaan Jerman. Selain sebagai orientalis, dia juga sebagai kritikus hadits yang menyatakan bahwa hadits bukan murni pernyataan Nabi tapi hadits sebagian besar adalah hasil dari perkembangan politik dan kemasyarakatan abad I dan II hijriyyah. Pun demikian, dia tidak semata-mata mementahkan sumber keislaman, ia masih mengakui bahwa hadits sebagai sumber ajaran Islam.
Tidak dipungkiri, kritik hadits yang dilakukan para orientalis itu tidak sama dengan apa yang dilakukan para ulama. Dalam membuat kritik hadits, Goldziher masih memilah antara hadits dan sunnah. Ia menyatakan bahwa hadits bermakna suatu disiplin ilmu teoritis dan sunnah adalah kopendium aturan-aturan praksis. Satu-satunya kesamaan sifat antara keduanya adalah adanya bahwa keduanya berakar turun-temurun. Dia menyatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang muncul dalam ibadah dan hukum, yang diakui sebagai tata cara kaum Muslim pertama yang dipandang berwenang dan telah pula dipraktekan dinamakan sunnah atau adat/kebiasaan. 
Ada hikmah dibalik skeptisisme otentitas hadits yang didendangkan oleh Goldziher, bahwa umat islam hendaknya harus tergugah semangatnya untuk meneliti keaslian hadits secara ilmiah, tidak hanya percaya dengan doktrinasi agama yang sifatnya normative dan persuasive. Sehingga hadits dipandang sebagai sesuatu yang sakral yang “sudah pasti” jelmaan firman tuhan yang ditransfer lewat Muhammad, sehingga secara tiba-tiba otentik dan tidak bisa dirubah.
Bab 5
  TELAAH SOSIO-KULTURAL: MANHAJ AHLUL MADINAH
Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam ishtimbat hukum merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji. Hal ini dikarenakan begitu banyak para ulama’ yang berbeda pendapat dalam menetapkan suatu hukum Islam. Perbedaan ini tidak hanya terjadi sekarang tetapi sejak zaman sepeninggal Nabi Muhammad SAW karena hanya beliaulah yang dapat langsung menanyakan kepada Allah hal-hal yang kurang jelas. Tetapi sepeninggal beliau tidak ada lagi yang dapat dijadikan petunjuk secara benar dan pasti.
Para sahabat Nabi berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk menjawab segala permasalahan yang timbul, tetapi perbedaan memang tidak bisa dielakkan. Perbedaan terjadi hingga masa ke masa hingga melahirkan madzab besar maupun madzab kecil yang kita kurang mengenalnya. Nabi sendiri pernah bersabda bahwa suatu saat umatnya akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Hal ini menandakan bahwa memang akan terjadi perbedaan pendapat pada kaum Islam. Madzab ahlul Madinah dipelopori oleh fuqoha’al-sab’ah diantaranya: Sa’ad bin Musayyab, Urwah bin Zubair, Abu Bakar bin Abdurrahman, Ubaidillah bin Abdullah, Khorijah bin Zaid, Al-Qasim bin Muhammad, Sulaiman bin Yasar.
Dua madzhab besar dalam hukum Islam adalah ahlul Hadits dan ahlul Ra’yi yang pada akhirnya melahirkan Madzhab Syafi’i, Madzhab Maliki, Madzhab Hambali, dan Madzhab Hanafi. Ahlul hadits sendiri merupakan sekelompok orang yang berorientasi pada nash al-Qur’an dan as-Sunnah serta asar yaitu segala sesuatu yang diriwayatkan oleh sahabat dalam menetapkan hukum, dengan menggunakan al-Qur’an, as-Sunnah, al-Ijma’ dan al-Qiyas, serta ahlul hadits dalam istimbath hukum. Madzhab dari ahlul hadits sendiri menggunakan Madzhab Syafi’i, madzhab maliki dan madzhab Hambali.
Untuk ahlul Ra’yi sendiri merupakan sekelompok orang yang dalam penggunaan  akal dalam berijtihad melebihi sikap yang dianut oleh para ahlul Hadits dan kelompok ahlul Ra’yi sering mendahulukan pendapat akal dari pada hadits-hadits ahad. Ra’yu dan ijtihad dapat digunakan dalam menghadapi masalah yang tidak ada nashnya baik dalam al-Qur’an maupun sunnah Nabi Muhammad SAW. Madzahab yang lahir dari golongan ini adalah madzhab Hanafi.
Bab 6
POSTMODERNISME: REALITAS FILSAFAT KONTEMPORER
Arus posmodernisme, yang merupakan respon keras atas modernisme, selama dua tiga dekade belakangan begitu hebat mewarnai dan mempengaruhi diskursus intelektual di negeri ini. Tapi ternyata posmodernisme di beberapa negeri tidak hanya menjadi satu masalah saintifik atau filosofis saja. Dengan cara-cara tertentu, posmodernisme juga diadopsi untuk digunakan sebagai alat menghadapi berbagai persoalan keseharian. Yang diberikan zaman posmodernis pada kita melalui definisinya adalah potensi, kemungkinan, visi tentang keselarasan melalui pemahaman. Dalam teori, dalam postur, bahkan melalui logika, asal-muasalnya, posmodernisme menganjurkan toleransi dan ‘laissez-faire’. Untuk masing-masing, miliknya sendiri. Ini tidaklah demikian dalam praktik.
Post-modernisme identik dengan dua hal, diantaranya pertama, post-modernisme dinilai sebagai keadaan sejarah setelah zaman modern. Sebab kata post atau pasca sendiri secara literal mengandung pengertian ‘sesudah’. Dengan begitu modernisasi dipandang telah mengalami proses akhir yang akan segera digantikan dengan zaman berikutnya, yaiutu post-modernisme. Kedua, post-modernisme dipandang sebagai gerakan intelektual yang mencoba mengguagat, bahkan mendekonstruki pemikiran sebelumnya yang berkembang dalam bingkai paradigma pemikiran modern. Gerakan postmodernisme telah merambah ke berbagai bidang kehidupan, termasuk seni, ilmu, filsafat, dan pendidikan.
Bab 7
POTRET METODE DAN CORAK TAFSIR AL-AZHAR
Agama memang sangat membutuhkan tafsir untuk memudahkan umatnya memahami makna pesan Tuhan dalam kitab sucinya. Pemahaman tafsir itu pulalah yang akhirnya harus membuka kajian konseptual dalam historis. Secara konseptual, agama dapat dikatakan sebagai “komunitas tafsir”, sehingga kajian terhadap agama itu pada dasarnya adalah penafsiran terhadap tafsir.
Sementara secara hitoris, agama merepresentasikan adanya keragaman penafsiran yang sangat erat berkaitan dengan latar belakang historis masing-masing pandangan; bahkan sering terjadi ketegangan dalam agama, misalnya antara kalangan yang berpola pikir liberal dan yang berpola pikir ortodok, dimana tentunya edua kalangan ini memiliki pola penafsiran yang berbeda terhadap agama mereka. Salah satu tafsir yang terbit di Indonesia adalah Tafsir al-Azhar karya Hamka. Ia adalah seorang pemikir muslim progresif dan tokoh Muhammadiyah yang rela berkorban dalam memperjuangkan Islam hingga dia dipenjara. Namun msuknya dia ke penjara bukan menjadi hambatan dalam berkarya, justru di dalam sel kala itu ia menyelesaikan penulisan Tafsir Al-Az-har.
Tafsir Al-Azhar adalah salah satu tafsir karya warga Indonesia yang dirujuk atau dianut dari tafsir Al-Manar karya Muhammad Abdu dan Rasyid Ridla.
Bab 8
DISKURSUS METODE HERMENEUTIKA AL-QUR’AN
Guna memahami Islam secara menyeluruh persoalan historis-sosiologis dan semiotis-kebahasaan seharusnya memperoleh perhatian lebih dahulu sebelum memusatkan diri pada kajian teologis. Kecenderungan umat Islam pada saat ini lebih suka mengkonsumsi al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari secara langsung ketimbang memandangnya terlebih dahulu dengan metode studi ilmiah kontemporer. Maka diperlukan format dan bentuk dari visi intelektualitasnya dengan mengapresiasikan metode hermeneutika.
Hermeneutika digunakan sebagai jembatan untuk memahami Islam secara exhautive (menyeluruh), baik dari persoalan historis-sosiologis dan semiotis-kebahasaan. Hermeneutika sendiri mempunyai banyak arti, namun pada intinya hermeneutika adalah salah satu diantara teori dan metode menyingkap makna tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa tanggungjawab utama dan pertama dari hermeneutika adalah menampilkan makna yang ada dibalik simbol-simbol yang menjadi objeknya. Islam sebagai agama yang dikembangkan dengan teks al-Qur’an juga membaca untuk kita dekati dengan metode hermeneutik- agar mendapatkan otentitas the message of Good.
Diskursus penafsiran al-Qur’an tradisional lebih banyak mengenai istilah al-tafsir, al-ta’wil dan al-bayan. Dapatr digariskan bahwa hermeneutika al-Qur’an adalah salah satu metode untuk membedah kandungan makna ayat Allah ini dengan menyesuaikan konteks dan membuat ayat itu semakin kontekstual. Sehingga yang muncul adalah dialog al-Qur’an antara teks dan konteks.
Bab 9
JAWA DAN TRADISI ISLAM
PENAFSIRAN HISTROGRAFI JAWA MARK R WOODWARD 
Mark R. Woodward, seorang Profesor Islam dan Agama-agama Asia Tenggara di Arizona State University merupakan sosok yang sangat tegas menyatakan bahwa Islam Jawa adalah Islam, ia bukan Hindhu atau Hindhu-Budha, sebagaimana dituduhkan oleh Geertz dan sejarawan-antropolog lainya. Bagi dia, Islam jawa adalah unik, bukan karena ia mempertahankan aspek-aspek budaya dan agama pra-Islam, tetapi karena konsep sufi mengenai kewalian, jalan mistik dan kesempurnaan manusia diterapkan dalam formulasi suatu kultus keraton (imperial cult).
Salah satu ciri islam Jawa yang dikatakan oleh Mark r. Woodward adalah kecepatan dan kedalamanya mempenertrasi masyarakat Hindhu-Budha yang paling maju. Mark juga sangat kritis terhadap karya Geertz. Mencari titik temu antara agama (Islam) dengan kultur (Jawa) menyimpan kekhawatiran laten akan berkurangnya otentitas dan kemurnian ajaran agama itu. Masalah lain adalah perlunya mencari jalan keluar bagaimana bisa membangun suatu praktik keagamaan yang terbuka, egalitarian, namun tidak mengorbankan otentitas suatu agama.
Bab 10
            REINTERPRETASI PROFIL PERADABAN ISLAM
Peradaban dan perubahan merupakan dua peristiwa yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena manusia merupakan pelaku utama kegiatan untuk membangun peradaban itu. Peradaban modern yang ada saat ini identik dengan iklim politik dominasi, kemajuan dan lompatan ilmu pengetahuan, ketergantungan teknologi serta penyebaran sumber-sumber ekonomi melalui imperialisme, eksplorasi, dan eksploitasi. Kini, manusia telah terlena dalam kehidupan teknologi, mendewakan teknologi atau lebih tepatnya menurut istilah John Naisbitt, manusia tengah mabuk teknologi.
Selain integrasi politik dan ekonomi, peradaban modern (Barat) juga melakukan invasi intelektual ke dalam masyarakat Muslim melalui sistem pendidikan yang diberlakukan mereka, yaitu dengan dimasukkanya ilmu yang bebas nilai dengan model dan gaya Barat. Sayang, tidak sedikit masyarakat Muslim yang menjadi korban gagasan ilmu bebas nilai ini. Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, telah membawa bangsa Arab, pada waktu itu, membina suatu kebudayaan dan peradaban yang signifikan bagi perkembangan manusia hingga saat ini. Profil peradaban Islam paling tidak terlihat dengan daerah-daerah yang berada di kawasan Timur Tengah yang menjadi pusat peradaban Islam. Yaitu: Baghdad yang berada di Irak, Kairo yang berada di Mesir, Isfahan yang berada di Persia dan Istambul yang berada di Turki. Disanalah gudangnya para ilmuwan muslim yang tersohor dengan penemuanya, seperti al-Farabi, Ibnu sina, al-Razi, Ibnu Rusyd, al-Ghozali dan masih banyak lagi.
Karena kelengahan umat Islam, kejayaan akhirnya runtuh yang ditandai dengan hancurnya dinasti Abbasiyah dengan dibakarnya perpustakaan terbesar oleh pasukan Mongol sehingga menjadi lautan hitam. Dari pengalaman sejarah ini, islam harus berjuang, bangkit untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam yang dulu pernah diraih oleh para cendekiawannya, dengan banyak membaca dan menimba ilmu pengetahuan supaya umat Islam tidak dipandang sebelah mata oleh dunia Barat.
Kemampuan untuk merekonsiliasikan diri secara kreatif dan cerdas dengan berbagai tantangan perubahan global tersebut, tentu akan menciptakan tekstur peradaban islam yang progresif, liberatif, dan toleran. Perjalanan membangun komunitas muslim yang inklusif, kreatif, dan berkarakter kosmopolit tentunya bukan perjalanan mudah. Jalan terjal, berliku, mendaki merupakan tantangan yang harus dihadapi. Yakinlah, jaringan komunikasi intercultural dengan peradaban lain akan menyemai benih-benih keterbukaan, dan perubahan di dalam masyarakat Islam.
Dari ulasan dalam buku Studi Islam kontemporer ini, tentunya ada kelebihan dan kekurangan. Menurut saya, untuk kelebihan buku ini terletak pada diksi atau penggunaan bahasa yang mudah dipahami pembaca. Serta rincinya pembahasan yang disajikan penulis dalam perbabnya. Buku ini akan lebih baik jika di masukkan kata kunci dari setiap kata yang asing agar lebih mudah dipahami bagi pembaca khususnya orang awam. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan buku yang ada, buku ini sagat bagus dibaca karena mengandung sumber informasi yang lengkap mengenai studi islam kontemporer sendi yang akan bermanfaat bagi para pembaca.
  

Selasa, 11 Juni 2013

aku tak ingin jadi lilin..menerangi tapi dirinya terbakar,


perjalanan hidup....

Sahabat Hati: Add caption       Akankahsemua akan berakhir indah...: Add caption         Akankah semua akan berakhir indah atau seballiknya?aku tak ingin berharap banyak, semua memang indah tapi pada keny...
Add caption

       Akankah semua akan berakhir indah atau seballiknya?aku tak ingin berharap banyak, semua memang indah tapi pada kenyataanya semua lebih menyakitkan. Ingin rasanya mengabaikan,, ingin rasanya menutup mata...agar aku tak mampu melihat semu indahnya. Tuhan...tunjukkan aku jalan keluar. Aku tak ingin terbelenggu dalam rasa ini, bangunkan aku bila mungkin selama ini aku tertidur dalam mimpi panjang.
     Aku bagai ombak di lautlepas, terbelenggu tak mampu lepas..terombang-ambing dan tak mampu berlari pergi. Mungkin juga aku bagai debu di padang pasir...Sesakitt inikah y rabb* hamba hanya ingin bahagia...rencanaMu tak bisa kutebak, tapi hamba yakin pada akhirnya semua akan indah.     Aku telah banyak merasakan sakit, aku telah banyak mengalah untuk sebuah keadaan, aku telah banyak mengeluarkan air mata dari sulitnya senyum. Kapan aku bebas meraskan bahagia yang sejati? Dimana sebenarnya bahagia itu, apakah aku bisa merasakannya......aku ingin bahagia, aku ingin tersenyum.**hidup memang indah, tapi bagi mereka yang mampu merasakan keindahannya. Bintang memang indah, tapi tidak bagi mereka yang sibuk dengan hati resahnya. Sungguh teka-teki hidup memang penuh misteri, bahkan untuk tahu 5menit yang akan datang kita tak pernah tahu apa yang akan  terjadi pada kita, jg pda perasaan kita.