Selasa, 02 Desember 2014

Pembaharuan Pendidikan Islam Pemikiran Fazlur Rahman




Judul Buku      : Pendidikan Neomodernisme (Telaah                                      Pemikiran Fazlur Rahman)
Penulis             : M. Rikza Chamami, M.Si.
Editor              : Abu Rokhmad
Penerbit           : Walisongo Press
Cetakan           : 1- Juli 2010
Tebal               : 212 Halaman
Harga Buku     : -
              Karya awal dari penulis memberikan pengetahuan secara detail mengenai paradigma pendidikan Islam  perpaduan antara tradisi dan modernisasi. Penulis merupakan dosen aktif Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang. Beliau telah memiliki banyak karya dan buku ini menjadi satu dari beberapa karyanya. Dalam buku ini disebutkan beberapa sub pembahasan mengenai Neomodernisme dan Pendidikan Islam, Riwayat Hidup Fazlur Rahman dan Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Implikasi Neomodernisme Fazlur Rahman dalam Pendidikan Islam.
              Neomodernisme yang digagas oleh fazlur Rahman memberikan pembaharuan dalam perkembangan dunia Islam. Neomodernisme menawarkan pembaharuan yang masih tetap memegang teguh tradisi atau ajaran-ajaran pokok agama Islam. Dalam hal ini, neomodernisme juga masih mengakomodasi pemikiran barat dengan proses filterisasi. Neomodernisme sendiri diartikan menjadi dua hal, yaitu sebagai gerakan intelektual yang mendialogkan antara tradisi dan modernisasi dan sebagai fase atau masa pembaharuan setelah tidak puas dengan hedonisme dalam era modern yang sudah menjauh dari tradisi dan pandangan ketuhanan.
              Menurut Fazlur Rahman pendidikan adalah pokok utama yang harus dikedepankan dalam semua bentuk pembaharuan Islam. Seperti dalam pernyataanya Any Islamic reform now must begin with education. Pendidikan yang paling urgen bukanlah bentuk peralatan fisik atau kuasi-fisik untuk pengajaran saja, tetapi model pemikiran progresif yang mampu menyokong kemajuan Islam. Dan implikasi pemikiran Fazlur rahman terhadap pendidikan Islam diaplikasikan dalam empat aspek, diantaranya pertama, model pendidikan Islam Qur’ani atau pemahaman pendidikan Islam yang bersumber dari al-Qur’an (pendidikan Qur’ani). Kedua, tujuan dan strategi pendidikan. Dalam hal ini tujuan pendidikan Islam diformat untuk mewujudkan tatanan muslim yang beradab dan konsisten kepada Tuhan. Dan srategi yang perlu diatur oleh Islam adalah sebuah strategi yang bersifat defensif-konstruktif. Ketiga, metode pendidikan. Dalam aspek ketiga ini pembaharuan metode pendidikan menjadi bagian integral dalam rekonstruksi sains. Dan keempat, kurikulum pendidikan. Fazlur Rahman menilai mata pelajaran yang menjadi diktum kurikulum pendidikan Islam membutuhkan rekonstruksi, terlebih ketika ia melihat kondisi pendidikan tradisional yang masih terlalu kaku dengan tatanannya sendiri.
              Pengungkapan gagasan dengan kata yang mudah dipahami menjadi kemudahan utama bagi pembaca memahami karya ini. Untuk pemberian judul mengenai pendidikan neomodernisme menjadi daya tarik sendiri bagi pembaca untuk membaca lebih jauh isi buku. Tetapi pada sampul buku dan khususnya warna sebaiknya bisa lebih menarik lagi karena cover juga menjadi daya tarik awal bagi pembaca untuk membeli sebuah buku selain pada isinya.
              Mengingat buku ini sangat penuh pemikiran tentang pendidikan khususnya pendidikan Islam, patut diperhatikan sekaligus dibaca bagi semua pihak tidak terkecuali bagi kalangan bidang pendidikan dan juga kepada mahasiswa yang masih harus haus akan ilmu.
             


Rabu, 05 November 2014

Problem Based Instruction (PBI)

    Tugas Artikel Jurnal Ilmiah
     Mapel : Karya Tulis Ilmiah
     Dosen Pengampu : Rikza Chamami, MSI.               

                                                MODEL PEMBELAJARAN PBI
                                                    (Problem Based Instruction)
ABSTRAK
Bern dan Erickson (2001:5) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan penemuan. Tujuan dari model pembelajaran ini adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual. Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Kata kunci: Problem Based Instruction.
 PENDAHULUAN
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk merespon informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumawan, 2002:2013).[1]
Strategi pembelajaran menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esendi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran. Strategi ini mencakup pengumpulan informasi berkaitan dengan pertanyaan, menyitesa, dan mempresentasikan penemuanya kepada orang lain. (Depdiknas, 2003:4) [2]
Berikut ini, akan dipaparkan mengenai model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI), tujuan model pembelajaran PBI, keunggulan dan kelemahan model pembelajaran PBI, serta langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Istilah Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Intruction (PBI). Menurut John Dewey (dalam Sujana 2001: 19) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.[3]
Bern dan Erickson (2001:5) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan penemuan.[4]
Strategi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan dari filsafat konstruksionisme, yang menyatakan bahwa kebenaran merupakan konstruksi pengetahuan secara otonom. Artinya, peserta didik akan menyususn pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari seluruh pengetahuan yang telah dimiliki dan dari semua pengetahuan baru yang diperoleh (Harmuni,2009:150). Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berpusat pada masalah tidak sekedar transfer of knowledge dari guru kepada peserta didik, melainkan kolaborasi antara guru dan peserta didik, maupun peserta didik dengan peserta didik yang lain untuk memecahkan masalah yang dibahas. Dengan demikian, strategi pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah secara terbuka. Hal ini berbeda dengan strategi pembelajaran inkuiri.
B.     Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan sebagai berikut:[5]
1.      Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah, PBI memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berfikir konkret, tetapi lebih dari itu, berfikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain, PBI melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi.
2.      Belajar peranan orang dewasa yang autentik, PBI mampu mendorong kerjasama antar peserta didik dalam menyelesaikan tugas, sehinnga secara bertahap siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau yang diajak dialog.
3.      Menjadi pembelajar yang mandiri, PBI berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom.
C.     Keunggulan dan Kelemahan Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) 
Pengajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, tetapi untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual.
Model pembelajaran berbasis masalah memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan PBI adalah:
a.       Pemecahkan masalah merupakan teknik yang mencakup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b.      Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik, sehingga memberikan kelulusan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
c.       Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
d.      Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e.       Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya, dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan.
f.       Peserta didik mampu memecahkan maslah dengan suasana pembelajaran yang aktif-menyenangkan.
g.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka guna beradaptasi dengan pengetahuan.
Selain memiliki kelebihan, strategi ini juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah:
a)      Ketika peserta didik tidak memiliki minat tinggi, atau tidak mempunyai kepercayaan diri bahwa dirinya mampu menyelesaikan masalah yang dipelajari, maka mereka cenderung enggan untuk mencoba karena takut salah.
b)      Tanpa pemahaman “mengapa mereka berusaha” untuk memecahkan maslah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Artinya, perlu dijelaskan manfaat menyelesaikan maslah yang dibahas pada peserta didik.
c)      Proses pelaksanaan BPI membutuhkan waktu yang lebih lama atau panjang. Itu pun belum cukup, karena sering kali peserta didik masih memerlukan waktu tambahan untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan. Padahal, waktu pelaksanaan PBI harus disesuaikan dengan beban kurikulum yang ada.[6]
D.    Langkah-langkah Model Pembelajaran problem Based Instruction (PBI)
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Langkah-langkah PBI adalah[7]:
1.      Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2.      Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll).
3.      Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4.      Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temanya.
5.      Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Menurut Hamruni (2009), terdapat enam langkah untuk dapat menerapkan strategi pemeblajaran berbasis masalah, diantaranya[8]: menyadari adanya masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesa, mengumpulkan data, menguji hipotesa, dan menentukan pilihan penyesuainnya.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk merespon informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumawan, 2002:2013).
Strategi pembelajaran model Problem Based Instruction memiliki tujuan diantaranya mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah, membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom serta mampu mendorong kerjasama antar peserta didik dalam menyelesaikan tugas.
Menurut Hamruni (2009), terdapat enam langkah untuk dapat menerapkan strategi pemeblajaran berbasis masalah, diantaranya[9]: menyadari adanya masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesa, mengumpulkan data, menguji hipotesa, dan menentukan pilihan penyesuainnya.
Referensi
Kokom Komalasari, PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL, Bandung: Refika ADITAMA, 2010.
Suyadi, STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Triyanto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011.





[1] Triyanto,  Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011) hal. 92
[2]Suyadi, STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 129
[3]. Triyanto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011) hal. 91.
[4] Kokom Komalasari, PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL, (Bandung: Refika ADITAMA, 2010) hal. 59
[5]. Triyanto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011) hal. 94.
[6] Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 142-143
[7] Kokom Komalasari, PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL, (Bandung: Refika ADITAMA, 2010) hal. 59
[8] Suyadi, STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 137-140

[9] Suyadi, STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 137-140

Selasa, 14 Oktober 2014

AUTOBIOGRAFI



TUGAS AUTOBIOGRAFI
Makul                          : Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pengampu        : M.Rikza Chamami, M.SI
                                                           
Nama saya Fina Amrina Rosada, saya lahir di Pemalang, 16 Juni 1994. Saya anak kedua dari empat bersaudara. Ayah saya Khusnul Marom dan ibu saya bernama Woro Prastiwi. Saya tinggal di Desa Padek no 26, Rt 19/ Rw 06 Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Ayah saya seorang pegawai negeri sipil dan ibu saya juga sebagai pegawai negeri sipil. Kakak saya perempuan bernama Dewi ayu Lintang Sari dan adik saya pertama perempuan bernama Sinta Tri Utami dan yang kedua laki-laki bernama Ageng Seno Aji. Kakak sekarang masih semester akhir dan sedang dalam proses skripsi di Universitas Negeri Semarang (UNNES). Dan adik yang perempuan kelas VIII di Mts Walisongo Ulujami sedangkan adik yang laki-laki kelas 5 di SD N 01 Padek.
Pada saat umur 5 tahun saya mulai belajar dijenjang pendidikan taman kanak-kanak (TK) Pertiwi Desa Padek. Dan yang menjadi guru pada waktu itu adalah ibu Siti Aminah hingga lulus pada tahun ajaran 2000/2001. Saya melanjutkan ke jenjang pendidikan di SD N 01 Padek dismana yang menjadi salah satu guru saya adalah ibu saya sendiri. Saya lulus pada tahun ajaran 2006 dan mendapat ijazah. Saya melanjutkan ke jenjang selanjutnya yaitu di SMP N 2 Ulujami. Dan pelajaran favorit saya waktu SMP adalah geografi. Saya lulus pada tahun ajaran 2009/2010 hingga kemudian saya memilih melanjutkan ke MAN 2 Pekalongan yang jauh dari orang tua dengan alasan supaya bisa mandiri. Disitulah saya menggunakan seragam abu-abu. Dimulai dari kelas XI 1 hingga naik ke kelas XI Agama dan kemudian kelas XII Agama. Saya memiliki teman-teman yang tiga tahun kami selalu bersama walaupun tidak selalu satu kelas. Kami memberi nama 7yuusfin yang setiap hurufnya merupakan nama depan dari 7 anak yaitu yuni, unik, unung, siska, fina dan nay. Kami bersama-sama dalam suka maupun duka dengan masing-masing karakter yang berbeda. Dan perbedaan itulah yang membuat kami bersatu.
Hobi membaca dan menulis puisi dari sejak SMP menjadi salah satu dunia yang menyenangkan buat saya. Saya memiliki banyak puisi dari hasil karya saya. Banyak inspirasi yang saya dapatkan baik dari diri saya sendiri maupun pengalaman dari teman. Hingga menjadi pendengar yang baik bagi kakak, adik, teman maupun sahabat mampu menjadi saya lebih dewasa. Saya belajar dari orang tua  menjadi pribadi yang tidak pernah membeda-bedakan orang membuat saya memiliki banyak teman. Menjadi pribadi mandiri yang tidak suka merepotkan orang lain karena saya yakin selama saya sehat berarti saya mampu. Saya lulus dari MAN 2 Pekalongan pada tahun ajaran 2012/2013 alhamdulillah dengan predikat nilai terbaik ketiga di kelas Agama.
Saya memilih melanjutkan ke IAIN Walisongo Semarang dan jauh dari teman-teman yang kebanyakan dari mereka memilih melanjutkan kuliah di Pekalongan. Saya diterima di juruzan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) pada tahun ajaran 20012/2013. Saya merasa bersyukur karena cita-cita saya dari kecil adalah menjadi guru, berarti saya sudah melangkah dalam satu jalan untuk meraih impian saya. Disini saya telah mengikuti pendidikan dari mulai tahun ajaran 2012/2013 sampai sekarang semseter 5. Target saya selesai dan lulus pada tahun 2016 dan mudah-mudahan ilmu yang saya dapatkan bisa bermanfaat. Hingga saya dapat meneruskan cita-cita mulia saya dan orang tua untuk menjadi guru. Amin