Kamis, 08 Januari 2015

SUKSES ITU HARUS

Nama                     : Fina Amrina Rosada
Nim                       : 123911123
Makul                    : Karya Tulis Ilmiah
Dosen  Pengampu : M. Rikza Chamami, MSI
                                                                      

            Kesuksesan yang diraihnya sekarang sudah pasti banyak yang mengenal namanya. Tapi siapa sangka perjuangan hidupnya mungkin masih sedikit yang tahu. Bagaimana seorang anak desa dari keluarga sederhana mampu sukses dengan ketekunannya. Lahir di Kudus, 20 maret 1980 dengan nama Muhammad Rikza. Begitulah orang tuanya memberikan nama.
            Hidup yang sederhana, dan mengalir apa adanya menjadi motto hidup yang beliau buktikan hingga membuatnya berhasil dan sukses. Sosoknya yang sederhana dan murah senyum menjadi pribadi yang mudah akrab dengan siapapun. Khususnya dengan para mahasiswanya. Beliau kini dikenal dengan nama Rikza Chamami. Menjabat sebagai dosen di Universitan Islam Negeri  (UIN) Walisongo Semarang dan mengajar diberbagai jurusan (KI, PGMI, PAI, PBA, serta TADRIS).
            Diantaran riwayat pendidikan yang beliau miliki yaitu, pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Nawakartika Kudus selama 2 tahun. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Nawakartika Langgardalem Kudus selama 6 tahun. Sebutan Bonsai menjadi nama akrab ketika itu karana beliau memiliki postur kecil. Dan keusilan kepada teman-teman menjadi cerita menarik ketika beliau harus dimarahi guru matematikanya karena usil dengan teman perempuan. Di samping pendidikan formal beliau juga ketika sore harus sekolah diniyah di Muawanatul Muslimin Kudus. Lulus Sekolah Dasar di tahun 1993, beliau harus mengulang 2 tahun di MI Kudsiah dan dalam yayasan yang sama beliau melanjutkan untuk jenjang MTs dan MA.
            Melanjutkan pendidikan di IAIN walisongo Semarang di jurusan KI dan lulus pada tahun 2004 dengan IPK 3,72. Pada tahun 2006 sempat bekerja di Jakarta kemudian menjadi Dosen tetap di IAIN Walisongo Semarang  di tahun 2008. Keaktifan di dunia jurnalistik banyak karyanya yang bisa sering kita temui di berbagai media cetak (Suara Merdeka, Wawasan, Radar Kudus, Radar Semarang, Solo Pos, SKM Amanat, Edukasi dll). Dan aktif menulis hingga memiliki beberapa karya buku diantaranya buku yang berjudul “Mengendalikan Syahwat Politik Kiai NU” (2004), “Demi IPNU” (2007), “Mengatur Media Penyiaran” (2007), “Pendidikan Kaum Sarungan” (2009), “Pendidikan Neomodernisme” (2010), “Membangun Keilmuan Pendidikan Islam” (2010), “Inspirasi Isra’Mi’raj” (2010),  “Studi Islam Kontemporer” (2012), dll.
            Kesuksesan yang beliau raih sekarang merupakan hasil kerja keras dan ketekunannya sejak kecil. Dimana orang tuanya bekerja sebagai pembuat sandal yang dipasarkan di Pasar Kliwon di daerah Kudus membuatnya dididik untuk hidup prihatin. Hingga beliau sudah bekerja sejak kecil.
            Pribadi sederhana, berwibawa serta murah senyum. Menjadikan sosok Rikza Chamami akrab pribadinya dengan para Mahasiswa. Kini kesuksesan tidak membuat beliau berubah. Dan prinsip beliau Miskin Boleh tapi Sukses Harus, dimana dibarengi dengan ikhtiar dan Usaha.

             

Pencabutan Kurikulum 2013

Nama                           : Fina Amrina Rosada
Nim                             : 123911123
Makul                          : Karya Tulis Ilmiah
Dosen pengampu        : Rikza Chamami, MSI
PENCABUTAN KURIKULUM 13

Penghentian kurikulum 2013 yang dilakukan oleh pemerintah menuai pro dan kontra. Anis Baswedan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah membatalkan pelaksanaan kurikulum 2013 di 211.779 sekolah di seluruh Indonesia dan kembali  menerapkan kurikulum 2006. Sementara itu, 6.221 sekolah yang telah menerapkan kurikulum ini selama tiga semester diminta untuk meneruskan selaku percontohan. Saya memutuskan menghentikan kurikulum 2013 di sekolah-sekolah pada tahun pelajaran 2014-2015 dan sekolah kembali ke kurikulum 2006”, ujar Anis.
Keputusan penghentian kurikulum 2013 disambut bahagia oleh guru-guru dan sekolah maupun dari beberapa pihak yang setuju dengan penghentian tersebut. Mereka kebanyakan berpendapat saat penyusunan kurikulum 2013 tidak ada kajian mendalam soal kinerja dan efektivitas kurikulum 2006. Sehingga alasan kenapa harus mempersiapkan dan pelaksanaan kurikulum 2013 tidak jelas sama sekali. Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia  (PGRI) Sulistiyo, juga salah satu pihak yang ikut gembira atas penghentian kurikulum 2013. Keputusan yang amat pas dan tepat, ujarnya.
Penulis berpendapat, penghentian kurikulum 2013 bukan solusi yang tepat. Meskipun jika diamati dari pelaksanaan di sekolah-sekolah masih banyak kendala yang dihadapi baik pendidik maupun peserta didik yang menjadi subjek utama. Pendistribusian buku ajar yang belum merata di sekolah-sekolah terutama untuk sekolah yang lingkupnya jauh dari perkotaan, masih belum memiliki buku ajar. Dan implementasi pembelajaran yang dilakukan guru mungkin juga masih belum maksimal.
Tetapi menurut pendapat penulis, seperti tujuan kurikulum 2013  yang  terdapat dalam permendikbud 57 tahun 2014 bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dari tujuan tersebut penulis meyakini, kurikulum 2013 tidak seharusnya dihentikan. Kalaupun harus berhenti pemerintah seharusnya lebih tegas. Pelaksanaan kurikulum yang masih baru berjalan seharusnya lebih didukung untuk evaluasi dan perbaikan agar lebih maksimal. Penghentian yang tidak menyeluruh dan terkesan sepihak yaitu hanya pada sekolah-sekolah yang belum melaksanakan kurikulum 2013 hingga tiga semester. Nantinya dikhawatirkan tidak mampu mencapai tujuan pendidikan dengan maksimal bahkan kemungkinan pendidikan Indonesia sendiri yang diharapkan mencerdasakan bangsa tetapi malah tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Terlepas dari pro dan kontra di masyarakat mengenai penghentian kurikulum 2013 atau yang biasa dikenal dengan K 13. Sebaiknya pemerintah tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Baik dan buruknya suatu kurikulum pasti ada dan hal itu seharusnya menjadi evaluasi bersama. Penghentian kurikulum 2013 memang harus dihormati.